Sabtu, 05 November 2011

filologi


A.    Kedudukan Filologi Di Antara Ilmu-Ilmu Lain

Jika kita memperhatikan kedudukan filologi di antara ilmu-ilmu lain yang erat hubungannya dengan objek penelitian filologi, maka akan nampak adanya hubungan timbal balik  yang saling membutuhkan. Untuk kepentingan tertentu, filologi memandang ilmu-ilmu lain sebagai ilmu bantu  dan sebaliknya ilmu-ilmu lain, juga untuk kepentingan tertentu , memandang filologi sebagai ilmu bantunya. Di bawah ini dikemukakan ilmu-ilmu yang dipandang sebagai ilmu bantu filologi dan ilmu-ilmu yang memandang filologi sebagai ilmu bantunya.
Filologi memerlukan ilmu bantu yang berhubungan erat dengan bahasa, masyarakat serta budaya yang melahirkan naskah, dan ilmu sastra yang mengungkapkan nilai-nilai sastra yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian untuk menangani naskah dengan baik ahli filologi memerlukan ilmu bantu antara lain: linguistik, pengetahuan bahasa-bahasa yang nampak pengaruhnya dalam teks, ilmu sastra, ilmu agama, sejarah kebudayaan, antropologi, foklor, dan paleografi. Di bawah ini ilmu-ilmu bantu yang dimaksud akan diuraikan secara singkat .
a.       Lingustik
Ada beberapa cabang linguistik  yang dipandang dapat membantu filologi, yaitu diantaranya: etimologi, sosiolinguistik, dan stilistika. Etimologi merupakan ilmu yang mempelajari asal usul dan sejarah kata. Hampir setiap pengkajian bahasa teks selalu ada yang bersifat etimologis. Hal ini mudah dimengerti karena teks-teks nusantara banyak yang mengandung kata serapan dari bahasa asing yang dalam perjalanannya mengalami perubahan bentuk dan kadang-kadang juga berubah arti. Pengkajian perubahan bentuk dan bentuk makna kata menuntut pengetahuan tentang fonologi, morfologi, dan semantik, yaitu ilmu-ilmu yang mempelajari bunyi bahasa, pembentukan kata dan makna kata.
Sosiolinguistik, sebagai cabang linguistik yang mempelajari hubungan saling pengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku masyarakat. Ilmu ini sangat bermanfaat untuk menekuni bahasa teks.
Selanjutnya stilistika, yaitu cabang ilmu linguistik yang menyelidiki bahasa sastra, khususnya gaya bahasa. Ilmu ini dapat membantu filologi dalam pencarian teks asli atau mendekati aslinya dan dalam penentuan usia teks.

b.      Pengetahuan Bahasa-bahasa yang Nampak Pengaruhnya dalam Teks
Bahasa yang mempengaruhi bahasa-bahasa naskah nusantara yaitu bahasa Sansekerta, Tamil, Arab, Persi, dan bahasa daerah yang masih serumpun dengan naskah.


c.       Ilmu Sastra
Banyak naskah nusantara yang mengandung teks sastra, yaitu teks yang berisi cerita rekaan (fiksi). Contoh yang demikian yaitu teks-teks melayu yang berisi cerita wayang, cerita jenaka, cerita berbingkai dan lain sebagainnya.

d.      Ilmu Agama
Penjelajahan terhadap naskah-naskah nusantara lewat karya-karya ilmiah memberikan kesan bahwa naskah-naskah itu diwarnai dengan pengaruh agama Budha, Hindu, dan Islam. Pada naskah jawa kuna terdapat pengaruh Hindu dan Budha, bahkan ada yang memang berisi ajaran agama tertentu. Dalam naskah-naskah melayu, nampak pengaruh Islam mewarnai khasanah naskah tersebut.

e.       Sejarah Kebudayaan
Khasanah sastra nusantara di samping diwarnai dengan pengaruh agama Hindu, Budha, dan Islam, juga memperlihatkan adanya pengaruh klasik India, Arab, dan Persi. Pengaruh karya India klasik seperti Ramayana dan Mahabharata muncul dalam sastra lama nusantara.
Untuk pendekatan historis terhadap karya-karya  lama nusantara seperti itu diperlukan pengetahuan sejarah kebudayaan. Melalui sejarah kebudayaan akan diketahui pertumbuhan dan perkembangan unsur-unsur budaya suatu bangsa. Unsur-unsur budaya yang erat kaitannya dengan pendekatan historis karya-karya lama nusantara antara lain sistem kemasyarakatan, kesenian, ilmu pengetahuan, dan agama.

f.       Antropologi
Penggarapan naskah tidak dapat terlepas dari konteks masyarakat dan budaya yang melahirkannya. Untuk kepentingan ini ahli filologi dapat memanfaatkan hasil kajian atau metode antropologi sebagai suatu ilmu yang berobjek penyelidikan manusia dipandang dari segi fisiknya, masyarakatnya, dan kebudayaannya. Masalah yang erat kaitannya antropologi misalnya sikap masyarakat terhadap naskah.

g.      Folklor
Folklor merupakan ilmu yang relatif masih baru karena semula dipandang sebagian dari ilmu antropologi.  Unsur-unsur budaya yang terangkum dalam folklor dapat digolongkan menjadi dua yaitu unsur budaya yang materinya bersifat lisan dan golongan budaya yang materinya bersifar upacara-upacara. Yang termasuk golongan pertama yaitu mitologi, legenda, cerita asal usul, dongeng, mantera, teka-teki, dan lain sebagainya. Sedangkan yang termasuk golongan yang kedua yaitu upacara yang mengiring kelahiran, perkawinan, kematian. Yang paling erat kaitannya dengan filologi yaitu golongan pertama yang termasuk sastra lisan, terutama sastra lisan yang berupa cerita rakyat. Folklor sangat erat kaitannya dengan filologi karena banyak teks lama yang menceritakan unsur-unsur folklor, misalnya teks yang termasuk jenis sastra sejarah atau babad.
h.      Paleografi
Paleografi merupakan ilmu yang mengkaji macam-macam tulisan kuno. Ilmu ini sangat perlu untuk penelitian tulisan kuna atas batu, logam, atau bahan lainnya. Paleografi mempunyai dua tujuan (Neiermeyer, 1947:47)
Pertama menjabarkan tulisan kuna karena beberapa tulisan kuna sulit dibaca. Kedua menempatkan berbagai peninggalan tertulis dalam rangka perkembangan umum tulisannya dan atas dasar itu menentukan waktu dan tempat terjadinya tulisan tertentu. Hal ini sangat penting untuk mempelajari tulisan tangan karya sastra yang biasanya tidak menyebutkan nama dan di mana suatu karya tertulis, serta siapa penulisnya. Perlu pula diperhatikan ciri-ciri lain seperti panjang dan jarak baris-baris, bahan naskah, ukuran, tinta.

B.     Filologi Sebagai Ilmu Bantu Ilmu-Ilmu Lain
Objek filologi yang paling utama yaitu teks atau naskah lama, sedangkan hasil kegiatannya antara lain berupa suntingan naskah. Ada beberapa jenis suntingan menurut metode yang digunakan. Suntingan naskah biasanya disertai dengan catatan berupa kritik, kajian bahasa naskah, ringkasan isi naskah, dan terjemahan bahasa teks ke dalam bahasa internasional apabila naskah disajikan ke ruang lingkup nasional.
Dalam pengertian penyajian teks sperti itu, filologi bertindak sebagai ilmu bantu bagi ilmu-ilmu yang menggunakan naskah lama sebagai objek penelitiannya. Beberapa ilmu yang memerlukan bantuan filologi yaitu linguistik, ilmu sastra, ilmu sejarah, sejarah kebudayaan, ilmu hukum adat, ilmu agama, dan ilmu filsafat. Selanjutnya akan diuraikan di bawah ini
a.       Filologi Sebagai iImu Bantu Linguistik
Untuk penelitian linguistik, ahli linguistik memerlukan suntingan naskah-naskah lama hasil kerja filolog dan mungkin juga membutuhkan hasil kajian bahasa teks lama oleh ahli filologi. Dari hasil kerja para filolog inilah para ahli linguistik menggali dan menganalisis seluk beluk bahasa-bahasa tulis yang pada umumnya telah berbeda dengan bahasa sehari-hari. Hasil kajian linguis ini kelak akan dimanfaatkan oleh filolog. Dengan demikian terdapat hubungan timbal balik antara filologi dan linguistik.
b.      Filologi Sebagai Ilmu Bantu Ilmu Sastra
Karena banyak jumlah teks sastra dan kecenderungan dalam menanganinya, maka dalam perjalanannya filologi pernah dipandang sebagai ilmu sastra. Sekarang ini semakin pesatnya ilmu sastra , filologi dipandang sebagai cabang ilmu sastra. Bantuan filologi pada ilmu sastra terutama berupa penyediaan suntingan naskah lama dan hasil pembahasan teks yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusunan sejarah sastra maupun teori sastra.
Ilmu sastra akan betul-betul bersifat umum hanya apabila data untuk penyusunan teri-teorinya didasarkan juga pada sastra lama, bukan hanya pada sastra baru. Konvensi sastra baru belum tentu sama dengan konvensi sastra lama. Dengan demikian, hasil-hasil kajian terhadap teks-teks sastra lama akan sangat berguna untuk penyusunan teori-teori ilmu sastra yang betul bersifat umum.

c.       Filologi sebagai ilmu bantu sejarah kebudayaan
Selain mengumpulkan naskah lama, memelihara, dan menyuntingnya, filologi banyak mengungkapka khasanah warisan nenek moyang. Misalnya kepercayaan, adat istiadat, kesenian, dan lain sebagainya. Melalui pembacaan naskah lama dapat diketahui penyebutan atau pemberitahuan adanya unsurr-unsur budaya yang sekarang telah punah.
Hal-hal yang telah disebutkan di atas merupakan bahan yang sangat berguna untuk penyusunan sejarah kebudayaan. Itulah manfaat filologi bagi sejarah kebudayaan.

d.      Filologi sebagai ilmu bantu ilmu sejarah
Naskah-naskah nusantara yang dipandang berisi teks sejarah berjumlah banyak. Misalnya kitan Negarakertagama,  Babad Tanah Jawi, Sejarah Melayu, Hikayat Raja Banjar, dan lain sebagainnya. Suntingan naskah-naskah seperti ini, terutama yang melalui kajian filologis, dapat dimanfaatka sebagai sumber sejarah setelah diuji berdasarkan sumber-sumber lain (sumber asing dan prasasti). Biasanya bagian yang bersifat historis hanya bagian-bagian yang melukiskan peristiwa-peristiwa yang sezaman dengan penulisnya. Itupun banyak yang diperluas, yaitu apabila peristiwa dapat dipandang dapat mengurangi nama baik raja yang sedang berkuasa. Meskipun demikian, teks-teks itu sangat bermanfaat untuk melengkapi informasi sejarah yang terdapat di dalam sumber-sumber lain, misalnya batu nisan, prasasti, dan candi.
Ilmu sejrah dapat memanfaatkan suntingan jenis teks lain, bukan jenis sastra sejarah, khususnya teks-teks lama yang dapat memberikan informasi lukisan kehidupan masyarakat yang jarang ditemukan di sumber-sumber sejarah di luar sastra.

e.       Filologi sebagai ilmu bantu ilmu adat
Manfaat filologi bagi ilmu hokum adat yaitu dalam hal penyediaan teks. Banyak naskah nusantara yang merekam adat istiadat. Ada juga khasnah sastra nusantara berisi tentang hukum. Dalam kehidupan masyarakat melayu sering disebut sebagai undang-undang, sedangkan di jawa disebun angger-angger. Undang-undang yang dimaksud berbeda dengan arti sekarang. Undang-undang pada masyarakat melayu sebenarnya merupakan adat yang terbentuk dalam masyarakat selama peredaran masa, bukan peraturan yang seluruhnya dibuat oleh raja sebagai penguasa. Penulisannya baru dilakukan kemudian dirasakan betapa perlunya kepastian peraturan hukum oleh raja. Atau setelah ada pengaruh dunia barat. Contoh undang-undang dalam sastra melayu yaitu Undang-Undang Negeri Malaka, Undang-Undang Minang Kabau. Dalam sastra jawa yaitu Raja Niti, Panitia Raja, Kapa-Kapa, an lain sebagainya. Tersedinya teks-teks semacam itu sangat berguna bagi ilmu adat.

f.       Filologi sebagai ilmu bantu sejarah perkembangan agama
      Banyak neskah-naskah lama yang yang mengandung unsur keagamaan yang mewarnai khasanah naskah yang aada di nusantara ini. Seperti dalam naskah kuna jawa yang dipengaruhi oleh unsur-unsur agama Hindu dan Budha. Sedangkan naskah-naskah melayu, banyak diwarnai oleh agama Islam. Pengarus sastra Islam dalam sastra jawa baru pada umumnya melalui sastra Melayu.
      Suntingan naskah terutama naskah yang mengandung teks keagamaan atau sastra kitab dan hasil pembahasan kandungannya akan menjadi bahan penulisan perkembangan agama yang sangat berguna. Dari teks-teks semacam itu akan diperoleh gambaran yang berupa perwujudan penghayatan agama, percampuran agama Hindu, Budha, dan Islam dengan kepercayaan yang hidup di masyarakat nusantara. Permasalahan aliran-aliran agama yang masuk ke nusantara. Gambaran tersebut merupakan permasalahan yang ditangani oleh ilmu sejarah perkembangan agama. Dengan demikian, penanganan naskah sastra kitab secara filologi akan sangat bermanaat bagi ilmu sejarah perkembangan agama.

g.      Filologi sebagai ilmu bantu ilmu filsafat
Filsafat didefinisikan dengan berbagai pengertian, namun inti sarinya adalah cara berfikir menurut logikadengan bebas, sedalam-dalamnya hingga sampai ke dasar persoalan. Dilihat dari bidang onjek pemikirannya, filsafat dapat dibagi menjadi beberapa cabang.
Renungan terhadap filsafat pernah terjadi di masa lampau antara lain dapat digali melalui warisan budaya lama yang berwujud naskah atau teks sastra. Kehidupan masyarakat tradisional nusantara Nampak didominasi oleh nilai-nilai seni dan agama. Bahkan pandangan hidup Melayu-Indonesia adalah berdasarkan seni. Kedatangan Hindu tidak dapat mengubah hal ini. Pemikiran rasional yang disebut filsafat baru muncul setelah memperoleh pengaruh Islam. Mengingat tentang hal-hal ini, maka renungan filsafat yang dapat digali dari naskah atau teks sastra lama nusantara terutama adalah renungan filsafat yang erat kaitannya dengan seni dan agama yaitu estetika, etika, dan metafisika.
Subagio Sastrowardoyo (1983) telah mencoba mengangkat pemikiran filsafat dalam sastra hikayat sebagai berikut. Teks-teks sastra hikayat banyak mengandung nasihat dan perintah yang menandakan bahwa sastra merupakan penjaga keselamatan moralitas yang dijunjung oleh masyarakat pada umumnya. Moralitas yang demikian bersumber pada keyakinan yang brsifat filsafat atau pemikiran keagamaan. Lukisan tokoh-tokoh dalam hikayat yang pada umumnya berupa tokoh baik dan tokoh jahat mencerminkan filsafat yang berdasarkan pandangan hidup sederhana, yakni bahwa dalam hidup ini pada intinya berupa berupa pperangan antara yang baik dan yang buruk, yang menurut moralitas umum berakhir dengan kemenangan di pihak yang baik. Dalam sastra tradisional moralitas umum ini berlaku secara mutlak meskipun terkadang ada pengecualian.
Ilmu tasawuf dipandang sebagai ilmu filsafat Islam sejati. Naskah-naskah yang mengandung filsafat dalam sastra nusantara jumlahnya cukup banyak, terutama dalam sastra Melayu dan sastra Jawa. Penggalian filsafat dari teks-teks sastra nusantara sepertinya secara mendalam belum banyak dilakukan, meskipun jumlah suntingan naskah- naskah sudah cukup banyak tersedia. Dengan demikian, sumbangan filologi kepada filsafat terutama berupa suntingan naskah disertai transliterasi dan terjemahan ke dalam bahasa nasional, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh para ahli filsafat.

















Daftar Pustaka
Hermankhan. 2009. Ilmu Bantu Filologi. http://angkringanesimbok.blogspot.com/2007/11/seputar-istilah-filologi.html. Diakses pada 10 Oktober 2011 pukul 07.30 WIB. (Online ).
Thohir, Mudjahirin. 2005. Filologi dan Kebudayaan. http://staff.undip.ac.id/sastra/mudjahirin/2009/04/26/filologi-dan-kebudayaan-2/. Diakses pada 10 Oktober 2011 pukul 07.35 WIB. (Online).
Pengantar Teori Filologi. (Anonim)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar